Baru-baru ini, gue nyelesein sebuah drama korea
yang berjudul My Mister. Jujur, walaupun gue suka drama korea, suka stalking di
explore tentang drama korea, suka heboh ngomongin drama korea sama temen, tapi
tapi tapi, gue jarang banget namatin drama korea sampe episode terakhir. Entah
ya, kadang gue bosen sama jalan ceritanya, atau gue enek sama kisah romance
yang gitu-gitu aja, atau ya nggak ada waktu buat namatin dramanya.
Tapi, beda banget sama drama yang satu ini. My
Mister. Pemainya oke. Jalan ceritanya oke. Semuanya oke menurut gue. Kenapa?
Karena drama ini bukan drama romance menye-menye, tapi ini healing drama. Jadi,
selama gue nonton drama ini, yang ada di otak gue itu “Wah, parah semua orang
itu punya masalah ya” “Ternyata gak cuma gue doang yang punya masalah” “Sumpah,
idupnya kasian bener ini orang” dan pikiran-pikiran lainnya.
Sedikit cerita tentang drama ini, Lee Ji An
tokoh utama wanita yang berusia 20 tahun ini memiliki masa lalu yang kelam, Ia
punya hutang yang banyak dengan rentenir jahat (jahat tapi baik, nahloh?
Makanya nonton wkwk), jadi si Ji An harus menebus utangnya dengan melakukan
berbagai hal, sampai-sampai Ia memeras orang dengan kecerdikannya. Kemudian Ji
An bertemu dengan Ahjusshi/Mister/Om-om/Bapak-bapak yang punya banyak masalah
juga, masalah sama atasannya, istrinya, sama semua orang deh. Kemudian di
setiap tokoh-tokoh lainnya juga mempunyai masalah-masalah yang ingin mereka
selesaikan.
Hmm.. kalo gue certain dramanya jadi spoiler ya
namanya? Jadi temen-temen langsung ke ending-nya aja. Intinya mereka berdua (Ji
An dan Ahjusshi) menyelesaikan masalah mereka masing-masing dan saling membantu
satu sama lain. Kemudian kata-kata yang paling membekas di otak gue adalah
“Haengbokkaja” atau dalam Bahasa Indonesia nya adalah Berbahagialah. Inti dari
drama ini adalah “Ayo lah bangkit, jangan terlalu lama terpuruk” “Ayo kita
berbahagia” “Jangan sedih, pikirkan masa depanmu”.Yap, intinya adalah
berbahagialah.
Bener banget, hidup itu harus bahagia. Temen
gue pernah bilang “Kalo lu ga semangat, pura-pura semangat aja. Kalo lu ga
bahagia, pura-pura bahagia”. Sepenting itu kita harus bahagia dalam hidup.
Tapi, terkadang kita bingung definisi bahagia
yang bener itu kaya apa. Si X bahagia karena punya uang banyak, bisa beli mobil,
motor, mungkin pesawat, tapi si Y nggak bahagia karena dia ngga bisa beli
motor. Si X bahagia karena dapat nilai baik, sedangkan Y ngga bahagia karena
dapat nilai jelek. Si X bahagia karena dikenal banyak orang, tapi si Y ngga
bahagia karena ia merasa cupu. Duh, kasian bener yak si Y wkwk.
Apa bener kadar kebahagiaan itu kaya yang X
rasakan? Yaa, sebenernya sebagai manusia, bener juga sih. Siapa sih yang ngga
bahagia kalau pinter, hits, punya pesawat lagi? Pasti bahagia kan ya.
Tapi sebenarnya temen-temen, bukan menggurui
atau gimana-gimana ya. Gue pernah denger dari seorang ustadzah dalam
penjelasannya kala itu..
Lu semua pasti tau kapitalisme, sekulerisme
kan, nah, salah banyak anak-anak paham mereka itu ada materialisme, hedonisme,
dan konsumtif. Gue gamau jelasin mendalam tentang isme-isme itu ya, pasti lu
semua udah pada paham dah. Intinya, kadar kebahagiaan mereka itu adalah materi.
Kalo mereka punya materi mereka merasa bahagia. Kalau ngga punya materi, mereka
nggak bahagia. Materinya bisa diisi sendiri ya, nih gue bantu isiin, materi
berupa duit, tas bagus, holiday ke banyak negara, banyak dah. Nah, kalo materi
ini terwujud, berarti bahagia tuh idup lu, tapi kalo nggak terwujud merasa “wah, gue gini amat ga punya duit. Ih sedih
gabisa jalan-jalan. dsb”. Makin berabe lagi kalo si orang ini pengen
memenuhi kebahagiaan dengan hal-hal yang tidak baik. Misal, mau nilai bagus
tapi nyontek. Mau punya motor, tapi begalin orang. Mau jalan-jalan ke Hollywood
tapi minjem uang di bank yang ada ribanya. Jadi… gimana gitu kan.
Akhirnya, waktu itu gue nanya, lah masa gaboleh
kita jadi orang kaya, liburan kemana-mana, dapet nilai bagus, dan dapetin
kebahagiaan-kebahagiaan lainnya. MASA GABOLEH USTADZAH?? Marah gue ceritanya,
wkwk.
Eh, ternyata jawabannya adalah, BOLEH BANGET.
Nah loh bingung gak lu, bingung gue waktu itu. Tapi, ada tapinya. Apa gerangan
tapinya? ‘MATERI’ itu bukan standar kebahagiaan kita. Kita ngga boleh tuh kalau
gak bisa liburan ke Hollywood kita ngga bahagia. Masak kalau kita ditimpa
kemiskinan kita nyalahin Allah, marah-marah gitu, mengklaim kalo kita nggak
bahagia, enggak kan.
Akhirnya gue nanya lagi. Lah terus bahagia itu
yang kaya gimana?
Simple. Dalam Islam, ternyata bahagia adalah gimana
caranya supaya kita bisa dapet RIDHO ALLAH. Gimana caranya supaya Allah itu
ngeliat kita sebagai hamba yang taat, mematuhi aturannya, dan menjauhi
larangannya. Dalam Islam, kita diajarin buat jujur kan, ketika seseorang
berikhtiar mencari nafkah dan jujur dalam mencarinya, maka seseorang itu akan
bahagia walaupun uang yang Ia dapat hanya cukup untuk makan sehari-hari
keluarganya, tidak bisa beli mobil atau motor. Kemudian, Ia yakin bahwa apa
yang Ia kerjakan itu akan mendapatkan pahala, jika Ia hanya mencari RIDHO
ALLAH. InsyaAllah rezeki itu akan datang kepada hambaNya.
Kalo pikiran kita, saat kita mengerjakan suatu
hal, tujuannya hanya untuk mendapatkan Ridho dariNya maka, InsyaAllah hati itu
bakal lapang, plong, luwes, losssss aja gitu kaya aer yang ngalir (?). Otomatis
kalo kita pengen dapet Ridho dari Allah kita harus menaati perintah dan
menjauhi larangan kan yak.
Sering ga sih denger orang kaya tapi ngerasa
ngga bahagia, ngerasa kurang, dan bahkan ada yang bunuh diri? Yah, korelasiin
aja gaes :)
Pesan dari gue, boleh banget nonton My Mister,
enggak juga nggak papa, nggak wajib. Satu lagi, berbahagialah dengan bahagia
yang benar.
0 comments:
Post a Comment